Jumat, 10 Januari 2014

Mengapa Harus Bersembunyi

Kesunyian malam mungkin mengetahui sesuatu tetapi sedikitpun tak terdengar suaradarinya. Dan seperti itu juga dengan yang lainnya, mereka hanya diam sambil menahan tertawa. Ada apa dengan mereka ?Tidak seperti biasanya mereka seperti ini.
Kehilangan. Jawaban dari ketakutanku belum juga ditemukan, datang lagi sebuah bayangan kehancuran mimpiku yang sudah aku rangkai dengan begitu indahnya. Keramaian tidak cukup untuk membuatku bisa membunuh bayangan itu. Aku butuh lebih dari sekedar cahaya, bahkan lebih matahari tak akan cukup untuk membakarnya. Aku masih mencari titik untuk aku bisa berbalik arah dan menemukan sandaran untuk punggungku yang sudah begitu lelah memikul ketakutan ini. Ketakutan akan kehilangan.
Logikaku mulai bekerja sehingga pekerjaan hatiku terusik. Merekakembali melakukan hal yang menambah lagi ketakutanku. Tidak ada yang bisa menghentikan perang dingin keduanya. “Hei ! Berhentilah kau mengoceh bangsat ! Aku tidak mengerti apa yang kau katakan !” perang nampaknya berpindah haluan menjadi saling lempar granat satu sama lain. Terlalu memekakkan telinga. Menimbulkan bau busuk dari darah yang bercipratan di kanan dan kiri dinding keteguhanku. Dan penglihatanku pun menjadi tidak normal lagi akibat kabut dingin ketakutan ini.
Detak jantungku mulai memburu senja. Senja yang berlari sangat cepat meninggalkan bayangan puing puing kehancuran mimpi yang belum sempat aku susun kembali. Kemana senja berlari ? Hanya malam yang mengetahuinya tetapi masalahnya masihlah sama. Tidak ada yang bisa memberikan jawaban. Kesempatanku untuk menemukan jawaban itu pun semakin kecil ketika keegoisan matahari terbang membelah hitam langit dan membuatnya biru. Peluh mulai mengucur. Membasahi indera perasaku membuatnya sedikit mati rasa akan hembusan udara yang sudah terlambat beberapa jam dari jadwal hariannya.

Keluhanku ini bukan untuk menambah bebanmu, sayangku. Ini hanyalah akibat dari pemberontakan hatiku akan keadaan sebenarnya. Kau hanya perlu berada disampingku sebagai pendukung setiap keputusanku. Aku tidak akan menyerahkan beban ini kepada waktu. Aku akan menyelesaikannya sendiri.